Wednesday, November 28, 2012

lingkungan perkembangan anak lingkup keluarga



BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Lingkungan memiliki kaitan yang sangat erat dengan perkembangan anak. Seorang anak dapat belajar, bersosialisasi, juga bermain di lingkungan. Lingkungan memiliki tugas untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak. Menurut Ki Hadjar Dewantara, lingkungan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat pasti akan memberikan pengaruh kepada seorang anak. Secara garis besar, tiga klasifikasi lingkungan perkembangan anak utama tersebut lazim disebut Tri Pusat Pendidikan. Pemahaman peranan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan akan sangat penting dalam upaya membantu perkembangan peserta didik yang optimal.
Keluarga sering dipandang sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama. Keluarga adalah lingkungan primer dan gambaran untuk berperilaku seorang anak. Untuk itu bisa dikatakan keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan seorang anak. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan tentang  lingkungan perkembangan anak dalam lingkup keluarga.
B.                 Rumusan Masalah
B.1      Apakah pengertian lingkungan keluarga?
B.2      Apa saja fungsi lingkungan keluarga?
B.3      Apa yang dimaksud pola asuh?
B.4      Apa saja tipe-tipe pengasuhan?
B.5      Bagaimana contoh penerapan pola asuh?
B.6      Apa saja faktor yang mempengaruhi perbedaan pola asuh?
C.                Tujuan
C.1      Dapat mengetahui pengertian lingkungan keluarga.
C.2      Dapat mengetahui fungsi lingkungan keluarga.
C.3      Dapat memahami tentang pola asuh.
C.4      Dapat mengetahui tipe-tipe pengasuhan.
C.5      Dapat menjelaskan contoh penerapan pola asuh.
C.6      Dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pola asuh?
BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian Lingkungan Keluarga
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Sedangkan, keluarga adalah pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (ayah, ibu, dan anak), atau keluarga yang diperluas. Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.   
Maka, lingkungan keluarga adalah suatu kondisi fisik yang merupakan tempat berkumpulnya sejumlah orang yang mempunyai hubungan semenda dan sedarah untuk membentuk  perilaku dan kepribadian seorang anak. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.
Dalam hal perkembangan kognisi anak, keluarga lebih bersifat memberikan dukungan baik dalam hal penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan keluarga akan lebih dominan. Dalam hal ini, lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung.
Berkenaan dengan pengembangan aspek-aspek perilaku itu, keluarga dapat berfungsi langsung sebagai lingkungan kehidupan nyata untuk mempraktekkan aspek-aspek perilaku, seperti yang telah dimuat  dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2/1989. Dalam UU tersebut berbunyi bahwa keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai-nilai moral dan ketrampilan.
B.                 Fungsi Keluarga
Fungsi terutama bagi keluarga adalah mendidik dan mengajar seorang anak. Sedangkan fungsi utamanya adalah membimbing, mengembangkan sosial, etika, dan susila (anggapan baik atau buruk), juga mengontrol dan memantau perilaku anak. Selain itu, keluarga juga memiliki fungsi relasi, interaksi, dan komunikasi.  
Fungsi keluarga dapat diuraikan dalam pembentukan kepribadian dan mendukung pendidikan anak.
B.1   Fungsi Dalam Pembentukan Kepribadian
         B.1.a    Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.
         B.1.b   Menjamin kehidupan emosional anak.
         B.1.c    Menanamkan dasar pendidikan moral anak.
         B.1.d   Memberikan dasar pendidikan sosial.
         B.1.e    Meletakan dasar-dasar pendidikan agama.
         B.1.f    Bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan    anak.
         B.1.g   Memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi  kehidupannya kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
         B.1.h   Menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
B.2   Fungsi Keluarga Dalam Mendukung Pendidikan Anak
         B.2.a    Memperhatikan sekolah anaknya dengan cara memperhatikan pengalaman-pengalaman sang anak dan menghargai segala usahanya.
B.2.b   Menunjukkan kerjasama kepada sang anak dengan cara membimbingnya dalam belajar maupun menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) dan memotivasinya.
         B.2.c    Bekerja sama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak.
         B.2.d   Bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani proses belajar di lembaga pendidikan.
Menurut Nur’aeni (2010) ada 8 fungsi keluarga dalam tanggung jawab pendidikan, yaitu:
a.         Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa “keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak”. Fungsi pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku manusia dalam keluarga.
b.         Fungsi Sosialisasi
            Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat kemanusiaan sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Menarik untuk memaknai pendapat Karl Mannheim yang dikutip oleh MI Soelaeman (1994), bahwa “anak tidak didik dalam ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan selalu di dalam dan diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.”. Dengan demikian anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip individualitas. Prinsip sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan diarahkan untuk mengenali nilai-nilai sosial lingkungannya oleh orang tuanya.
c.         Fungsi Proteksi
            Tujuan dari fungsi proteksi yaitu untuk melindungi anak bukan saja secara fisik, melainkan pula secara psikis. Secara fisik fungsi perlindungan ditujukan untuk menjaga pertumbuhan biologisnya sehingga dapat menjalankan tugas secara proporsional. Disamping itu fungsi proteksi psikis dan spiritual yaitu dengan mengendalikan anak dari pergaulan negatif dan sikap lingkungan yang cenderung menekan perkembangan psikologinya.
d.         Fungsi Afeksi
            Fungsi ini terkait dengan emosional anak. Anak akan merasa nyaman apabila mampu melakukan  komunikasi dengan keluarganya dengan totalitas seluruh kepribadiannya. Kasih sayang yang dicurahkan kepada anak akan memberi kekuatan, dukungan atas kehiduapn emosionalnya yang berpengaruh pada kualitas hidupnya di masa depan.
e.         Fungsi Religius
            Yang dimaksud adalah fungsi keluarga untuk mengarahkan anak ke arah pemerolehan keyakinan keberagamaannya yang benar. Keluarga menjadi kendali utama yang dapat menunjukkan arah menjadi Islam yang kaffah atau sekuler.
f.          Fungsi Ekonomis
            Fungsi ini berkaitan dengan pemenuhan selayaknya kebutuhan yang bersifat materi. Secara normatif anak harus dipersiapkan agar kelak memikul tanggung jawab ekonomi keluarga, membangun kepribadian yang mandiri bukan menjadi objek pemaksaan orang tua.
g.         Fungsi Rekreasi
            Memberikan wahana dan situasi yang memungkinkan terjadinya kehangatan, keakraban, kebersamaan dan kebahagiaan bersama seluruh anggota keluarga.
h.         Fungsi Biologis
            Faktor biologis adalah faktor alamiyah manusia. Faktor ini meliputi perlindungan kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan biologisnya serta perlindungan terhadap hubungan seksualnya.
C.                Pola Asuh
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya, orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak. Sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang biasa disebut sebagai pola asuh. Selain itu, pola pengasuhan orang tua dapat diartikan sebagai cara-cara orangtua berinteraksi secara umum dengan anaknya. Pola pengasuhan orangtua juga akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan kognisi anak. Dalam hal pengasuhan, pola pengasuhan masing-masing orangtua berbeda-beda.
Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.

C.1      Tipe-tipe Pola Asuh
C.1.a    Pola pengasuhan otoriter, yaitu pola asuh orangtua yang berupaya menerapkan seperangkat peraturan kepada anak-anaknya secara ketat dan sepihak. Karakteristik anak yang dihasilkan karena pola pengasuhan ini ialah anak akan menarik diri dari pergaulan serta tidak puas dan tidak percaya terhadap orang lain.
C.1.b   Pola pengasuhan laissez faire (bebas), yaitu pola asuh orangtua yang memberikan kebebasan kepada anaknya dan kurang memberikan kontrol. Maka, karakteristik yang dimiliki             anak ialah kurang dalam harga diri, kendali diri, dan kecenderungan untuk berekplorasi.
C.1.c    Pola pengasuhan demokratis, yaitu pola asuh orangtua yang berupaya menerapkan peraturan kepada anaknya melalui pemahaman bukan paksaan, dalam  menyampaikan peraturan-peraturannya dengan disertai penjelasan yang dapat dimengerti. Anak akan mempunyai karakteristik hidup mandiri; betangggung  jawab secara sosial; memiliki kendali diri, bersifat eksploratif, dan percaya diri.
Dari ketiga pola asuh orang tua kepada anak diatas, cara yang paling baik merupakan pola otoritatif. Hal ini dikarenakan seorang anak yang dibesarkan dalam asuhan otoritatif memperlihatkan kemampuan penyesuaian diri yang lebih baik. Akibatnya, seorang anak cenderung memiliki rasa kendali yang lebih kuat serta dapat diterima oleh teman dan orang-orang disekitarnya.
C.2      Contoh Penerapan Pola Asuh
Berikut ini contoh penerapan cara asuh anak sejak dini menurut Dorothy Law Nollte:
C.2.a    Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki.
C.2.b   Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi.
C.2.c    Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri.
C.2.d   Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri.
C.2.e    Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri.
C.2.f    Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai.
C.2.g   Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya.
C.2.f    Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri.
C.2.h   Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya.
C.3      Faktor Perbedaan Pola Asuh
Menurut Hurlock (1995) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu karakteristik orang tua yang berupa:
C.3.a    Kepribadian Orang Tua
         Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi, sikap dan kematangannya. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan anak-anaknya.
C.3.b   Keyakinan
         Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam mengasuh anak-anaknya.
C.3.c    Kesamaan Pola Asuh yang Diterima Orang Tua
         Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka mereka akan menggunakan teknik serupa dalam mengasuh anak bila mereka merasa pola asuh yang digunakan orang tua mereka tidak tepat, maka orang tua akan beralih ke teknik pola asuh yang lain.
C.3.d   Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok
         Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan kurang berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap anggota kelompok (bisa berupa keluarga besar, masyarakat) merupakan cara terbaik dalam mendidik anak.
C.3.e    Usia orang tua
         Orang tua yang berusia muda cenderung lebih demokratis dan permissive bila dibandingkan dengan orang tua yang berusia tua.
C.3.f    Pendidikan orang tua
         Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan mengikuti kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik pengasuhan authoritative dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam mengasuh anak.
C.3.g   Jenis kelamin orang tua
         Ibu pada umumnya lebih mengerti anak dan mereka cenderung kurang otoriter bila dibandingkan dengan bapak.
C.3.h   Status sosial ekonomi
         Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, mamaksa dan kurang toleran dibandingkan dengan orang tua dari kelas atas.
C.3.i    Konsep mengenai peran orang tua dewasa
         Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut konsep modern.
C.3.j    Jenis kelamin anak
         Orang tua umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada anak laki-laki.
C.3.k   Usia anak
         Usia anak dapat mempengaruhi tugas-tugas pengasuhan dan harapan orang tua.
C.3.l    Temperamen
         Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat mempengaruhi temperamen seorang anak. Anak yang menarik dan dapat beradaptasi akan berbeda pengasuhannya dibandingkan dengan anak yang cerewet dan kaku.
C.3.m Kemampuan anak
         Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan diberikan untuk anak yang berbakat dengan anak yang memiliki masalah dalam perkembangannya.

C.3.n   Situasi
         Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak diberi hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak menentang dan berperilaku agresif kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola asuh otoritatif.






























BAB III
PENUTUP
Lingkungan memiliki tugas untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak. Secara garis besar, tiga klasifikasi lingkungan perkembangan anak utama, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat lazim disebut Tri Pusat Pendidikan. Keluarga sering dipandang sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga dapat berbentuk keluarga inti (nucleus family), atau keluarga yang diperluas. Fungsi keluarga dapat diuraikan dalam pembentukan kepribadian dan mendukung pendidikan anak. Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Orang tua hendaknya juga mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak agar anak dapat berkembang dengan optimal.

















DAFTAR RUJUKAN

Tirtarahardja, Umar, S.L. La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
http://dbatmoko.blogspot.com/2012/04/lingkungan-perkembangan-anak.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama



No comments:

Post a Comment