Wednesday, October 31, 2012

BELAJAR DENGAN PENDEKATAN KOGNITIF DAN PROCESSING INFORMASI


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
            Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Pendidikandengan judul Belajar dengan pendekatan kognitif dan prossesing informasi yang dibina oleh Ibu Dra.Elia Flurentin,M.Pd. selain itu, tujuan penulisan makalah ini untuk memberitahukan kepada pembaca tentang Belajar dengan pendekatan kognitif dan prossesing informasi.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mengalami banyak kesulitan, terutama karena kurangnya pengetahuan penulis. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Karena itu sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Elia Flurentin, M. Pd selaku pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan
2. Orangtua yang telah memberikan dorongan, baik spiritual maupun material.
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari, penulisan makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran supaya makalah ini menjadi lebih baik.

Malang, November 2012

PENULIS





DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................... 1
Daftar isi.............................................................................................................................. 2
BAB I Pendahuluan............................................................................................................ 3
BAB II Pembahasan............................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Kognitif dan Pendekatan Kognitif........................................................ 5
2.2 Teori Pendekatan Kognitif...................................................................................... 7
2.3 Teori Belajar Psikologi Kognitif.............................................................................. 8
2.4 Implikasi Teori Perkembangan Kognitif................................................................ 10
2.5 Pengertian Pengolahan Informasi.......................................................................... 11
2.6 Model Pengolahan Informasi pada Pendekatan Kognitif..................................... 11
2.7 Pembelajaran Menurut Aliran Kognitif................................................................. 16
BAB III Kesimpulan......................................................................................................... 18
Daftar Rujukan.................................................................................................................. 19










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Teori-teori belajar bermunculan seiring dengan perkembangan teori psikologi. Salah satu diantara teori belajar yang terkenal adalah teori belajar behaviorisme dengan tokohnya B.F. Skinner, Thorndike, Watson dan lain-lain. Dikatakan bahwa, teori-teori belajar hasil eksperimen mereka secara prinsipal bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.
Namun seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, teori tersebut mempunyai beberapa kelemahan, yang menuntut adanya pemikiran teori belajar yang baru. Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme itu bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon, sehingga terkesan seperti  kinerja mesin atau robot, padahal setiap manusia memiliki kemampuan mengarahkan diri (self-direction) dan pengendalian diri (self control) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak respon jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati, dan proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai  kelemahan teori behaviorisme.
Dari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam teori behaviorisme dapat diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang akan dilakukan oleh  para ahli psikologi pendidikan dalam  mengatasi kelemahan teori tersebut ?’’Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini.
Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut. Berdasarkan tulisan-tulisan dalam berbagai literatur, ditemukan bahwa para ahli telah menemukan teori baru tentang belajar yaitu teori belajar kognitif yang lebih mampu meyakinkan dan menyumbangkan pemikiran besar demi perkembangan dan kemajuan proses belajar sebagai  lanjutan dari teori behaviorisme tersebut.
Selanjutnya berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, makalah ini kami beri judul.“Belajar dengan pendekatan kognitif dan processing informasi“.
1.2  Rumusan Masalah
a)      apa itu teori belajar dan pendektan kognitif?
b)      apa itu pendekatan pembelajaran?
c)      apa pengertian dari teori belajar psikologi kogitif?
d)     Apa saja jenis-jenis teori belajar psikologi kognitif?
e)      Apa saja implikasi teori perkembangan kognitif itu?
f)       Apa pengertian pengolahan informasi?
g)      Apa pengertian dari Model Pengolahan Informasi pada pendekatan kognitif?

1.3 Tujuan Penulisan
            Untuk dapat menjelaskan :
a)      apa itu teori belajar dan pendektan kognitif;
b)      apa itu pendekatan pembelajaran;
c)      apa pengertian dari teori belajar psikologi kogitif;
d)     Apa saja jenis-jenis teori belajar psikologi kognitif;
e)      Apa saja implikasi teori perkembangan kognitif itu;
f)       Apa pengertian pengolahan informasi;
g)      Apa pengertian dari Model Pengolahan Informasi pada pendekatan kognitif.
 














BAB II
PEMBAHASAN
Belajar Dengan Pendekatan Kognitif Dan Prossesing Informasi
2.1  Pengertian Kognitif  Dan Pendekatan Kognitif
Istilah “kognitif” berasal dari kata cognition yang artinya sama dengan kata “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi sangat populer sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan kehendak dan perasaan yang bertalian dengan ranah rasa.
Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mendayagunakan kapasitas motor sensorinya. Hanya, cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut masih belum jelas benar. Argumen yang dikemukakan para ahli mengenai hal ini antara lain ialah bahwa kapasitas sensori dan jasmani bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktifitas pengendalian sel-sel otak bayi tersebut. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau kelainan otak, kecil sekali kemungkinan bayi terebut dapat mengotomatisasikan refleks-refleks motor dan daya-daya sensorinya. Otomatisasi refleks dan sensori, menurut para ahli, tidak pernah terlepas sama sekali dari aktivitas ranah kognitif, sebab pusat refleks sendiri terdapat dalam otak, sedang otak adalah pusat ranah kognitif manusia.
Pendekatan kognitif pembelajaran beranjak dari teori perkembangan kognitif Piaget (1970). Menurut Piaget, proses kognitif ditandai oleh tiga proses dasar yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian data baru ke dalam struktur kognitif. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi baru. Sedangkan equilibrasi adalah proses penyesuaian kembali yang terus-menerus antara asimilasi dan akomodasi.
Pendekatan pembelajaran yang bertolak dari teori kognitif mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu :
1.    Memberi sarana bagi proses pembangunan pengetahuan anak
2.    Memberi sarana berpikir operasional
3.    Memberi sarana berpikir operasi-formal
Untuk dapat membangun pengetahuan, anak disarankan untuk tidak menggunakan strategi pembelajaran langsung yang bersifat deduktif. Yang perlu dilakukan untuk membangun pengetahuan anak adalah menciptakan situasi kelas yang memungkinkan siswa yang memiliki tarap kognitif yang berbeda dapat belajar dengan caranya. Para siswa harus memperoleh kesempatan yang memadai untuk membangun dan mengkoordinasikan berbagai hubungan yang dapat dicobanya.
Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.
Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
  • Pengetahuan Deklaratif, yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual.
  • Pengetahuan Prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan misalnya dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya “pengetahuan bagaimana”.
  • Pengetahuan Kondisional, adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan prosedural digunakan.
Pengetahuan deklaratif rentangnya sangat beragam, bisa berupa pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar mengelingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda yang di lempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi), pengalaman pribadi (apa yang diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan) atau aturan (untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan maka pembilang harus disamakan terlebih dahulu).
Menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut, dengan kata lain penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh praktek yang dilakukan.
Sedangkan pengetahuan kondisional adalah kemampuan untuk dapat mengplikasikan kedua jenis pengetahuan di atas. Dalam menyelesaikan persoalan perhitungan kimia misalnya, siswa harus dapat mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan apa yang perlu dipakai (pengetahuan deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan (pengetahuan prosedural). Pengetahuan kondisional ini jadinya merupakan hal yang penting dimiliki siswa, karena menentukan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang siswa mengetahui fakta dan dapat melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu, namun sayangnya mengaplikasikannya pada waktu dan tempat yang kurang tepat.
Hal yang sangat penting jadinya untuk mengidentifikasi jenis pengetahuan ini bagi guru ketika mengajar. Mempelajari informasi tentang pokok bahasan tertentu tidak selalu menyebabkan siswa akan menggunakan informasi tersebut. Tidak juga latihan menyelesaikan banyak soal pada topik bahasan tertentu, akan membantu mereka memahami satu prinsip lebih mendalam. Mengetahui sesuatu topik, mengetahui prosedural penyelesaian masalah serta tahu kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan tersebut adalah hasil belajar yang berbeda-beda, dan tentu saja ini perlu diajarkan dengan cara yang berbeda pula.
2.2  Teori Pendekatan Kognitif
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendiikan. Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur tanpa dan diterangkan melibatkan proses mental, seperti motivasi, keyakinan, dan sebagainya.
Belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir semua aktivitas belajr siswa. Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, tentu menggunkan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, prilaku mengucapkan kata dan menggoreskan pena yang dilakukan tersebut bukan semata-mata respons atas stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang yang diatur oleh otak.
Jadi semakin jelaslah bahwa perilaku belajar itu, dalam hampir setiap bentuk dan manifestasinya, bukan hanya peristiwa ikatan antara stimulus dan respon melainkan lebih banyak melibatkan respon kognitif. Hanya dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya (belajar kesopanan), peranan ranah cipta siswa tidak menonjol.

2.3  Teori Belajar Psikologi Kognitif
Tingkah laku seseorang senantiasa di dasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal aau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi pada teori kognitif dikatakan bahwa, tingkah laku seseorang lebih tergantung kepada in sight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian-bagiannya.
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengetahuan. Psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi. Tingkah laku seseorang didasarkan pada tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Prinsip dasar psikologi kognitif, yaitu:
* Belajar aktif
* Belajar lewat interaksi sosial
* Belajar lewat pengalaman sendiri
Teori psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt (Mex Weitheimer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan.

Ada beberapa jenis teori belajar psikologi kognitif, yakni sebagai berikut:
1.       Cognitive Field (Kurt Lewin)
Teori belajar Cognitive Field menitikberatkan perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang disebut Life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.
Jadi, tingkah laku merupakan hasil interkasi antar kekuatan, baik yang bersal dari dalam diri individu, seperti tujuan, tekanan kejiwaan maupun yang bersal dari luar diri individu seperti, tanatangan dan permasalahan yang di hadapi.
Menurut teori ini, belajar itu berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan yaitu, yang berasal dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang lainnya berasl dari kebutan dan motivasi internal. Dengan demikian, peranan motivasi jauh lebih penting dari pada reward atau hadiah.
                                                                        (Drs. Wasty Soemanto.2008)
2.      Discovely Learning ( Jerome Bruner)
Yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dariPiaget yang menyatakan bahwa anak harus berperanan secra akif di dalam belajar di ke;as. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discory learning, yaitu di mana siswa mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception learning atau expository teaching, di mana guru menerangkan semua informasi dan siswa harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.
                                                                                    (Prof. Dr. H. Djaali. 2008)
3.      Cognitive Development (Piaget)
Dalam teori ini Piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktifitas gradual dari fungsi intelektual, yaitu dari berpikir kongkret menuju abstrak. Perkembangan intelektual adalah kualitatif bukan kuantitaif. Perkembangan kognitif tergantung pada akomodasi. Oleh karena itu, siswa harus diberikan suatu areal yang belum diketahui, agar ia dapat belajar. Dengan adanya areal baru ini siswa kan mengadakan usaha-usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah perkembangan kognitif.
Dalam teorinya, ia memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Ia memakai istilah scheme: pola tingkah laku yang dapat diulang. Yang berhubungan dengan :
* Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)
* Scheme mental (pola tingkah laku yang susah diamati, dan yang dapat diamati)

Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tingkat yaitu :
(1) sensory motor
(2) pre operational
(3) concrete operational dan
(4) formal operational

Perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap menurut Piaget yaitu:
a. Kematangan
b. Pengalaman fisik/ lingkungan
c. Transmisi social
d. Equilibrium/ self regulation
                                                                                    (Drs. Wasty Soemanto.2008)


2.4  Implikasi Teori Perkembangan Kognitif
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Pengaplikasian teori kognitif dalam belajar bergantung pada akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui saja.dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasikan.
                                                                                    (Drs. Wasty Soemanto.2008)


2.5  Pengertian Pengolahan Informasi
Teori pengolahan informasi adalah teori pembelajaran kognisi yang menjelaskan pengolahan, penyimpanan, dan penarikan kembali pengetahuan di dalam pikiran. Informasi yang diingat harus lebih dulu menjangkau indera seseorang, kemudian diberi perhatian dan dipindahkan dari rekaman indera ke memori kerja, kemudian diolah lagi untuk dipidahkan ke memori jangka panjang. Rekaman indera menerima informasi dalam jumlah besar dari masing-masing indera (penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa) dan menahannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari beberapa detik.
2.6  Model Pengolahan Informasi pada pendekatan kognitif
Hal berikutnya teori belajar yang dibahas dalam perspektif kognitif ini adalah tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang bekerja dalam proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan informasi merupakan salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer, yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja dan memori jangka panjang.
Memori Sensori adalah sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga analisis persepsi dapat terjadi. Memori Kerja atau memori jangka pendek, menyimpan lima sampai sembilan informasi pada satu waktu sampai sekitar 20 detik, yang cukup lama untuk pengolahan informasi terjadi. Informasi yang dikodekan (decode) serta persepsi tiap individu akan menentukan apa yang perlu disimpan di memori kerja ini. Memori Jangka Panjang menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama. Informasi di dalamnya disimpan dalam bentuk secara verbal dan visual.

2.6.1        Memori Sensori
Memori sensori adalah sistem yang bekerja seketika melalui alat indera dinama kita memberikan arti kepada stimuli yang datang dinamakan persepsi. Arti yang diberikan berasal dari realitas objektif serta dari pengetahuan kita sebelumnya. Contohnya, suatu symbol ‘l’ akan dipersepsi sebagai huruf alpabet tertentu kalau kita menggolongkannya dalam urutan j, k. l, m; namun dalam kesempatan berbeda seperti l, 2, 3, 4 maka symbol yang sama bermakna angka satu. Memori sensori akan menangkap stimuli dan mempersepsi, atau memberikan makna; dalam hal ‘l’ konteks dan pengetahuan kita akan menentukan makna yang akan diberikan, bagi seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang angka atau huruf, maka symbol itu kemungkinan tidak bermakna apapun. Misalnya teks yang Anda baca saat ini akan dipersepsi berbeda oleh orang lain yang tidak mengerti bahasa Indonesia ataupun yang buta huruf, walaupun matanya melihat deretan simbol yang sama seperti Anda; ataupun saat kita membaca huruf kanji dari koran berbahasa Jepang dimana kita tidak punya kemampuan untuk memahaminya. Memori sensori tidak hanya bekerja untuk simbol saja namun juga dalam hal warna, gerakan, suara, bau, suhu dan lainnya yang semuanya harus dipersepsi secara simultan. Namun karena keterbatasan kemampuan, kita hanya dapat memfokuskan pada beberapa stimuli saja dan mengingkari yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian sangatlah selektif; dengan kata lain saat perhatian penuh sangat diperlukan, biasanya stimuli lainnya akan ditolak.
Perhatian adalah tahap pertama dalam belajar. Siswa tidak dapat memahami apa yang mereka tidak kenali atau tidak dapat dipersepsi. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi perhatian siswa. Tampilan atau aksi yang dramatis dapat mencuri perhatian siswa pada awal pembelajaran. Cara lainnya adalah melalui perlakuan pada kata yang diucapkan atau ditulis oleh guru dengan warna yang kontras, digaris bawahi atau ditandai; memangil siswa secara acak, memberikan kejutan siswa, menanyakan hal yang menantang, memberikan masalah yang dilematis, mengubah metoda mengajar dan tugas, mengubah frekuensi suara dan jedanya akan dapat membantu menarik perhatian dari siswa. Namun menarik perhatian siswa adalah hal pertama, membuat mereka untuk tetap fokus pada pelajaran dan tugasnya juga hal yang kritis berikutnya harus dilakukan oleh guru.

2.6.2        Memori Kerja
Saat stimulus dipersepsi dan diubah menjadi suatu pola gambar atau suara, informasi yang didapat menjadi tersedia untuk proses selanjutnya. Memori kerja adalah tempat dimana informasi baru ini berada dan digabungkan dengan pengetahuan yang berasal dari memori jangka panjang. Kapasitas memori kerja ini sangat terbatas, dari berbagai eksperimen kapasitas yang dapat disimpan sekitar lima sampai sembilan hal baru dalam satu waktu. Satu nomor telepon sepanjang tujuh desimal dapat diingat oleh rata-rata manusia dewasa, namun hal yang berbeda bila disuruh untuk mengingat dua buah nomor telepon (14 desimal). Kita tidak dapat memanggil kedua nomor telepon tadi karena terbatasnya kapasitas memori kerja ini. Hal lainnya dari memori kerja ini adalah waktu yang digunakannya pun hanya sekitar 5 sampai 20 detik saja. Namun walaupun begitu waktu tersebut sangat cukup misalnya untuk mengingat dan memahami apa yang anda baca dalam bagian awal kalimat ini sebelum mencapai akhir kalimat. Tanpa adanya memori kerja, kita tidak bisa memahami susunan kata dalam satu kalimat dan gabungan antara kalimat yang berdekatan.
Karena sedikit dan sempitnya memori ini bekerja, maka jenis memori ini harus terus diaktifkan, kalau tidak maka informasi yang didapat menjadi hilang. Supaya apa yang diingat bisa lebih panjang dari 20 detik, kebanyakan orang memakai strategi tertentu untuk mengingatnya. Cara yang pertama adalah strategi latihan yang terbagi menjadi pengelolaan dan elaboratif. Latihan pengelolaan dilakukan dengan pengulangan informasi di pikiran anda. Sepanjang anda terus melakukan pengulangan informasi, hal itu akan berada di memori kerja. Cara ini dapat berguna untuk mengingat sesuatu, seperti nomor telepon, yang kemudian untuk dipergunakan dan setelah itu tidak perlu diingat lagi. Cara latihan elaboratif adalah dengan menghubungkan sesuatu yang baru dengan apa yang sudah diketahui, yaitu informasi yang sudah terdapat di memori jangka panjang. Latihan elaboratif ini tidak hanya meningkatkan memori kerja, tetapi membantu memindahkan informasi memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Cara kedua adalah dengan pengelompokkan (chunking) yang dipergunakan untuk menanggulangi terbatasnya kapasitas memori kerja. Banyaknya bit informasi, bukannya ukuran setiap bit, adalah sisi keterbatasan memori kerja. Kita dapat mengingat informasi lebih banyak jika dapat mengelompokkan tiap-tiap bit menjadi unit yang berarti. Deretan enam angka seperti 1, 5, 1, 8, 2, dan 0 akan lebih mudah diingat dalam bentuk dua digit (15, 18 dan 20) atau tiga digit (151, 820). Jika dilakukan cara ini, maka kita cukup perlu mengingat dua atau tiga informasi saja dalam satu waktu dibanding enam buah.
2.6.3    Memori Jangka Panjang
Informasi memasuki memori kerja dengan cepat, namun untuk dapat disimpan di memori jangka panjang membutuhkan usaha tertentu. Dalam memori jangka panjang inilah berbagai informasi disimpan dan dihubungkan dalam bentuk gambaran dan skema, suatu pola struktur data yang membuat kita bisa menggabungkan informasi kompleks yang sangat besar, membuat kesimpulan dan memahami informasi baru. Bila kapasitas memori kerja sangat terbatas, namun kapasitas memori jangka panjang dapat dikatakan hampir tak terbatas. Kebanyakan kita tidak pernah menghitung kapasitasnya, dan saat satu informasi secara aman sudah disimpan, akan tetap ada disana dalam waktu yang tak terbatas. Secara teoritis walaupun kita mampu untuk mengingat sebanyak yang kita mau namun tantangannya justru adalah memanggilnya yaitu mendapatkan informasi yang tepat sesuai keinginan. Akses pada informasi membutuhkan waktu dan usaha karena kita harus mencarinya dalam lautan informasi yang luas dalam memori jangka panjang, dan informasi yang jarang dipakai biasanya akan makin sulit untuk ditemukan.
Terdapat tiga jenis memori jangka panjang, yaitu: episodik, prosedural dan semantik. Episodik adalah jenis memori yang berhubungan dengan informasi pada waktu dan tempat tertentu, khususnya ingatan yang bersifat pribadi. Memori jenis ini bersifat teratur, contohnya kita bisa menceritakan detail percakapan, atau jalannya cerita dari satu film. Memori yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sesuatu disebut memori prosedural. Untuk mempelajari suatu prosedur seperti mengendarai sepeda, namun setelah dipelajari, pengetahuan ini dapat terus diingat dalam waktu yang lama. Biasanya makin sering satu prosedur dilakukan, maka makin otomatis reaksi yang dilakukan. Sedangkan semantik memori adalah memori untuk pemahaman, yaitu memori untuk konsep, prinsip dan hubungannya; dua hal yang disimpan dalam semantik memori disebut dengan imaji dan skema. Imaji adalah representasi yang didasarkan pada persepsi visual terhadap struktur informasi. Pada saat kita membentuk bayangan tertentu kita mengingat atau mengkreasi kembali karakteristik fisik dan struktur spasial dari informasi. Imaji dapat berguna misalnya dalam menyusun keputusan praktis bagaimana menempatkan meja di satu ruangan atau jalur yang akan di tempuh ke satu lokasi. Sedangkan skema adalah stuktur pengetahuan abstrak yang mengatur sejumlah besar informasi. Skema adalah pola atau panduan untuk memahami kejadian, konsep atau keterampilan.
Untuk memanggil dan menambah informasi di memori jangka panjang, kita dibantu dengan elaborasi, organisasi dan penggunaan konteks. Elaborasi adalah memberikan arti pada infrormasi baru dengan menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada. Dengan kata lain, kita menerapkan skema yang ada dan melukiskannya pada pengetahuan sebelumnya untuk membentuk pemahaman yang baru saat kita memperbaiki pengetahuan yang ada. Terkadang elaborasi terjadi secara otomatis, misalnya saat guru menerima info baru tentang pengalaman yang sudah dipahaminya, maka dia akan langsung mengaktifkan pengetahuan yang ada dan memberikan pemahaman yang lebih baik serta lengkap. Informasi yang dielaborasi ketika pertama dipelajari mudah untuk dipanggil karena elaborasi adalah bentuk pengaktifan memori kerja yang membuat informasi terus aktif untuk kemudian disimpan di memori jangka panjang. Elaborasi juga membangun hubungan tambahan pada pengetahuan yang sudah dipunyai. Makin banyak informasi dihubungan dengan hal lainnya, makin banyak peta jalan tersedia untuk diikuti dalam mencari sumber pengetahuan aslinya. Makin sering seorang individu mengelaborasi ide baru, maka dia akan membuatnya dengan bahasa dia sendiri yang menyebabkan makin baiknya pemahamannya dia tentang pengetahuan tersebut. Kita membantu siswa dalam elaborasi dengan menyuruh mereka menuliskan informasi sesuai dengan kata yang mereka susun sendiri atau dengan membuat contoh yang relevan. Hal yang sebaliknya bisa terjadi, saat siswa melakukan elaborasi informasi baru dengan menghubungkannya ke hal yang tidak tepat dan mengembangkan penjelasan yang rancu, maka miskonsepsi ini pun akan disimpan dan terus diingat oleh siswa.
Organisasi pengetahuan yang dimiliki juga meningkatkan belajar. Bahan ajar yang terorganisir dengan baik tentunya akan lebih mudah dipelajari dibandingkan yang tidak teratur, khususnya bila informasi didalamnya juga kompleks. Menempatkan konsep dalam suatu struktur membantu anda belajar dan mengingat baik untuk definisi umum dan contoh spesifiknya.
Konteks adalah elemen lainnya dari proses yang mempengaruhi belajar. Aspek fisik dan emosional dari konteks dipelajari bersamaan degan informasi lainnya. Ketika anda mencoba mengingat satu informasi, hal itu akan dibantu jika konteks yang ada mirip dengan dengan kondisi kita mendapat informasinya. Sehingga mengkondisikan suasana test sebelum ujian yang sesungguhnya akan berpengaruh memperbaiki kinerja. Tentu saja kita tidak bisa selalu pergi ke tempat yang sama saat anda mulai memahami suatu hal, namun kalau anda dapat menggambarkannya secara mental hal tersebut anda dapat meningkatkan daya ingat anda.

2.7 Pembelajaran Menurut Aliran Kognitif
2.7.1 Jean Piaget
Piaget mengemukakan 3 prinsip pembelajaran yaitu:
·         Belajar aktif => Menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa belajar sendiri.
·         Belajar lewat interaksi sosial=> Menciptakan suasana yang memungkinkan adanya interaksi antar siswa.
·         Belajar lewat pengalaman sendiri=> Didasarkan pada pengalaman nyata.
2.7.2         J.A. Brunner
     Menurut Brunner dalam pengajaran di sekolah hendaknya mencakup:
-          Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar.
Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik agar memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.
-          Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak.
-          Perincian urutan penyajian materi pelajaran.
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan peserta didik dibimbing melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah, dan menstranfer apa yang telah dipelajari.
-       Cara pemberian penguatan
Pujian atau hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya dalam proses belajar mengajar.



2.7.3  David Ausubel
Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Belajar bermakna timbul apabila materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial dan anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.
Ausubel mengajukan empat prinsip  , yaitu:
-          Kerangka cantolan=> pendidik menggunakan bahan pengait untuk mengkaitkan konsep lama dengan konsep baru.
-          Diferensiasi progresif=> proses pembelajaran dimulai dari hal umum ke hal khusus.
-          Belajar superordinat=> proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi.
-          Penyesuaian integratif=> Materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga pendidik dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.








BAB III
KESIMPULAN


Istilah kognitif menjadi sangat populer sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan kehendak dan perasaan yang bertalian dengan ranah rasa.
Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mendayagunakan kapasitas motor sensorinya. Hanya, cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut masih belum jelas benar. Argumen yang dikemukakan para ahli mengenai hal ini antara lain ialah bahwa kapasitas sensori dan jasmani bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktifitas pengendalian sel-sel otak bayi tersebut. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau kelainan otak, kecil sekali kemungkinan bayi terebut dapat mengotomatisasikan refleks-refleks motor dan daya-daya sensorinya. Otomatisasi refleks dan sensori, menurut para ahli, tidak pernah terlepas sama sekali dari aktivitas ranah kognitif, sebab pusat refleks sendiri terdapat dalam otak, sedang otak adalah pusat ranah kognitif manusia.














Daftar Rujukan
Hoy, W. K., &Miskel, C. G. (2005). Educational Administration (seventh ed.). New York: McGraw Hill.
Slavin, Robert E.(2011).  Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks
mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2011/01/teori-belajar-kognitif.html, diakses pada 31 Oktober 2012.











No comments:

Post a Comment