Kata Pengantar
Puji
syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Pendidikandengan judul Belajar dengan
pendekatan kognitif dan prossesing informasi yang dibina oleh Ibu Dra.Elia
Flurentin,M.Pd. selain itu, tujuan penulisan makalah ini untuk memberitahukan
kepada pembaca tentang Belajar dengan pendekatan kognitif dan prossesing
informasi.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mengalami banyak kesulitan, terutama karena kurangnya pengetahuan penulis. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Karena itu sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mengalami banyak kesulitan, terutama karena kurangnya pengetahuan penulis. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Karena itu sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1.
Ibu Dra. Elia Flurentin, M. Pd
selaku pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan
2. Orangtua yang telah memberikan
dorongan, baik spiritual maupun material.
3. Dan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis
menyadari, penulisan makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saya mengharapkan adanya kritik dan saran supaya makalah ini menjadi lebih
baik.
Malang,
November 2012
PENULIS
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................................... 1
Daftar
isi.............................................................................................................................. 2
BAB
I Pendahuluan............................................................................................................ 3
BAB
II Pembahasan............................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Kognitif dan Pendekatan Kognitif........................................................ 5
2.2 Teori Pendekatan Kognitif...................................................................................... 7
2.3 Teori Belajar Psikologi Kognitif.............................................................................. 8
2.4 Implikasi Teori Perkembangan Kognitif................................................................ 10
2.5 Pengertian Pengolahan Informasi.......................................................................... 11
2.6 Model Pengolahan Informasi pada Pendekatan
Kognitif..................................... 11
2.7 Pembelajaran Menurut Aliran Kognitif................................................................. 16
BAB III Kesimpulan......................................................................................................... 18
Daftar Rujukan.................................................................................................................. 19
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori-teori belajar bermunculan seiring dengan
perkembangan teori psikologi. Salah satu diantara teori belajar yang terkenal
adalah teori belajar behaviorisme dengan tokohnya B.F. Skinner, Thorndike,
Watson dan lain-lain. Dikatakan bahwa, teori-teori belajar hasil eksperimen
mereka secara prinsipal bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan
timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.
Namun seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan, teori tersebut mempunyai beberapa kelemahan, yang menuntut adanya
pemikiran teori belajar yang baru. Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme
itu bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon, sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot, padahal setiap manusia
memiliki kemampuan mengarahkan diri (self-direction) dan pengendalian
diri (self control) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa
menolak respon jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan
dengan kata hati, dan proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku
hewan itu sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik
dan psikis antara manusia dan hewan. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai
kelemahan teori behaviorisme.
Dari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam teori
behaviorisme dapat diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang akan dilakukan
oleh para ahli psikologi pendidikan dalam mengatasi kelemahan teori
tersebut ?’’Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini.
Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk
mengungkap masalah-masalah tersebut. Berdasarkan tulisan-tulisan dalam berbagai
literatur, ditemukan bahwa para ahli telah menemukan teori baru tentang belajar
yaitu teori belajar kognitif yang lebih mampu meyakinkan dan menyumbangkan
pemikiran besar demi perkembangan dan kemajuan proses belajar sebagai
lanjutan dari teori behaviorisme tersebut.
Selanjutnya berangkat dari latar belakang masalah
tersebut di atas, makalah ini kami beri judul.“Belajar dengan pendekatan
kognitif dan processing informasi“.
1.2
Rumusan Masalah
a) apa itu teori belajar dan pendektan
kognitif?
b) apa itu pendekatan pembelajaran?
c) apa pengertian dari teori belajar
psikologi kogitif?
d) Apa saja jenis-jenis teori belajar
psikologi kognitif?
e) Apa saja implikasi teori
perkembangan kognitif itu?
f) Apa pengertian pengolahan informasi?
g) Apa pengertian dari Model Pengolahan Informasi pada pendekatan kognitif?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk dapat menjelaskan :
a) apa itu teori belajar dan pendektan kognitif;
b) apa itu pendekatan pembelajaran;
c) apa pengertian dari teori belajar
psikologi kogitif;
d) Apa saja jenis-jenis teori belajar
psikologi kognitif;
e) Apa saja implikasi teori
perkembangan kognitif itu;
f) Apa pengertian pengolahan informasi;
g) Apa pengertian dari Model Pengolahan Informasi pada pendekatan kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar Dengan Pendekatan Kognitif
Dan Prossesing Informasi
2.1
Pengertian Kognitif Dan Pendekatan Kognitif
Istilah “kognitif” berasal dari kata
cognition yang artinya sama dengan kata “knowing” yang berarti mengetahui.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi sangat populer sebagai
salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi dan keyakinan. Ranah kejiwaan
yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan kehendak dan perasaan yang
bertalian dengan ranah rasa.
Menurut para ahli psikologi
kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan
sejak manusia itu mendayagunakan kapasitas motor sensorinya. Hanya, cara dan
intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut masih belum jelas
benar. Argumen yang dikemukakan para ahli mengenai hal ini antara lain ialah
bahwa kapasitas sensori dan jasmani bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat
diaktifkan tanpa aktifitas pengendalian sel-sel otak bayi tersebut. Sebagai
bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau kelainan otak, kecil sekali
kemungkinan bayi terebut dapat mengotomatisasikan refleks-refleks motor dan
daya-daya sensorinya. Otomatisasi refleks dan sensori, menurut para ahli, tidak
pernah terlepas sama sekali dari aktivitas ranah kognitif, sebab pusat refleks
sendiri terdapat dalam otak, sedang otak adalah pusat ranah kognitif manusia.
Pendekatan kognitif pembelajaran
beranjak dari teori perkembangan kognitif Piaget (1970). Menurut Piaget,
proses kognitif ditandai oleh tiga proses dasar yaitu asimilasi, akomodasi,
dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian data
baru ke dalam struktur kognitif. Akomodasi adalah proses penyesuaian
struktur kognitif dengan situasi baru. Sedangkan equilibrasi adalah
proses penyesuaian kembali yang terus-menerus antara asimilasi dan akomodasi.
Pendekatan
pembelajaran yang bertolak dari teori kognitif mencakup tiga kegiatan pokok,
yaitu :
1.
Memberi sarana bagi proses pembangunan pengetahuan anak
2.
Memberi sarana berpikir operasional
3.
Memberi sarana berpikir operasi-formal
Untuk
dapat membangun pengetahuan, anak disarankan untuk tidak menggunakan strategi
pembelajaran langsung yang bersifat deduktif. Yang perlu dilakukan untuk
membangun pengetahuan anak adalah menciptakan situasi kelas yang
memungkinkan siswa yang memiliki tarap kognitif yang berbeda dapat belajar
dengan caranya. Para siswa harus memperoleh kesempatan yang memadai untuk
membangun dan mengkoordinasikan berbagai hubungan yang dapat dicobanya.
Menurut
pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar.
Dengan kata lain apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang
akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan.
Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses belajar sebelumnya, tapi juga akan
membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini
telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan dasar yang luas
ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia
sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan
strategi yang baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.
Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga
bagian, yaitu:
- Pengetahuan Deklaratif, yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual.
- Pengetahuan Prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan misalnya dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya “pengetahuan bagaimana”.
- Pengetahuan Kondisional, adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan prosedural digunakan.
Pengetahuan deklaratif rentangnya
sangat beragam, bisa berupa pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar
mengelingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda
yang di lempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi),
pengalaman pribadi (apa yang diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan)
atau aturan (untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan
maka pembilang harus disamakan terlebih dahulu).
Menyatakan proses penjumlahan atau
pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun
bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki
pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui
rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan
pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam
satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal
tersebut, dengan kata lain penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh
praktek yang dilakukan.
Sedangkan pengetahuan kondisional
adalah kemampuan untuk dapat mengplikasikan kedua jenis pengetahuan di atas.
Dalam menyelesaikan persoalan perhitungan kimia misalnya, siswa harus dapat
mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan apa yang perlu dipakai (pengetahuan
deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan (pengetahuan prosedural).
Pengetahuan kondisional ini jadinya merupakan hal yang penting dimiliki siswa, karena
menentukan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang siswa
mengetahui fakta dan dapat melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu,
namun sayangnya mengaplikasikannya pada waktu dan tempat yang kurang tepat.
Hal yang sangat penting jadinya
untuk mengidentifikasi jenis pengetahuan ini bagi guru ketika mengajar.
Mempelajari informasi tentang pokok bahasan tertentu tidak selalu menyebabkan
siswa akan menggunakan informasi tersebut. Tidak juga latihan menyelesaikan
banyak soal pada topik bahasan tertentu, akan membantu mereka memahami satu
prinsip lebih mendalam. Mengetahui sesuatu topik, mengetahui prosedural
penyelesaian masalah serta tahu kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan
tersebut adalah hasil belajar yang berbeda-beda, dan tentu saja ini perlu
diajarkan dengan cara yang berbeda pula.
2.2
Teori Pendekatan Kognitif
Teori psikologi kognitif adalah
bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang
sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendiikan. Pendekatan psikologi
kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam
pandangan ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur
tanpa dan diterangkan melibatkan proses mental, seperti motivasi, keyakinan,
dan sebagainya.
Belajar pada dasarnya adalah
peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun
hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir semua
aktivitas belajr siswa. Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar
membaca dan menulis, tentu menggunkan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut
dan tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, prilaku mengucapkan
kata dan menggoreskan pena yang dilakukan tersebut bukan semata-mata respons
atas stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental
yang yang diatur oleh otak.
Jadi semakin jelaslah bahwa perilaku
belajar itu, dalam hampir setiap bentuk dan manifestasinya, bukan hanya
peristiwa ikatan antara stimulus dan respon melainkan lebih banyak melibatkan
respon kognitif. Hanya dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas
ruang lingkupnya (belajar kesopanan), peranan ranah cipta siswa tidak menonjol.
2.3
Teori Belajar Psikologi Kognitif
Tingkah laku seseorang senantiasa di
dasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal aau memikirkan situasi di mana
tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung
dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi pada
teori kognitif dikatakan bahwa, tingkah laku seseorang lebih tergantung kepada
in sight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.
Keseluruhan adalah lebih dari bagian-bagiannya.
Psikologi kognitif adalah kajian
studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Bagaimana informasi
diperoleh, dipresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengetahuan. Psikologi
kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi. Tingkah laku seseorang didasarkan
pada tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Prinsip dasar psikologi kognitif, yaitu:
* Belajar aktif
* Belajar lewat interaksi sosial
* Belajar lewat pengalaman sendiri
Teori
psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt (Mex
Weitheimer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk
dalam suatu keseluruhan.
Ada beberapa jenis teori belajar
psikologi kognitif, yakni sebagai berikut:
1. Cognitive Field (Kurt Lewin)
Teori
belajar Cognitive Field menitikberatkan perhatian kepada kepribadian dan psikologi
sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu
medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang disebut Life space. Life space
mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya orang yang
dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.
Jadi,
tingkah laku merupakan hasil interkasi antar kekuatan, baik yang bersal dari
dalam diri individu, seperti tujuan, tekanan kejiwaan maupun yang bersal dari
luar diri individu seperti, tanatangan dan permasalahan yang di hadapi.
Menurut teori ini, belajar itu
berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan
struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan yaitu, yang
berasal dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang lainnya berasl dari
kebutan dan motivasi internal. Dengan demikian, peranan motivasi jauh lebih
penting dari pada reward atau hadiah.
(Drs.
Wasty Soemanto.2008)
2. Discovely Learning ( Jerome Bruner)
Yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah
pendapat dariPiaget yang menyatakan bahwa anak harus berperanan secra akif di
dalam belajar di ke;as. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang
disebutnya discory learning, yaitu di mana siswa mengorganisasi bahan yang
dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception
learning atau expository teaching, di mana guru menerangkan semua informasi dan
siswa harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.
(Prof.
Dr. H. Djaali. 2008)
3. Cognitive Development (Piaget)
Dalam teori
ini Piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktifitas gradual dari
fungsi intelektual, yaitu dari berpikir kongkret menuju abstrak. Perkembangan
intelektual adalah kualitatif bukan kuantitaif. Perkembangan kognitif
tergantung pada akomodasi. Oleh karena itu, siswa harus diberikan suatu areal
yang belum diketahui, agar ia dapat belajar. Dengan adanya areal baru ini siswa
kan mengadakan usaha-usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah
yang akan mempermudah perkembangan kognitif.
Dalam
teorinya, ia memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari
fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Ia memakai istilah scheme: pola
tingkah laku yang dapat diulang. Yang berhubungan dengan :
* Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)
* Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)
* Scheme mental (pola tingkah laku
yang susah diamati, dan yang dapat diamati)
Menurut Piaget bahwa perkembangan
kognitif individu meliputi empat tingkat yaitu :
(1) sensory motor
(2) pre operational
(3) concrete operational dan
(4) formal operational
Perkembangan kognitif individu
meliputi empat tahap menurut Piaget yaitu:
a. Kematangan
b. Pengalaman fisik/ lingkungan
c. Transmisi social
d. Equilibrium/ self regulation
(Drs.
Wasty Soemanto.2008)
2.4
Implikasi Teori Perkembangan Kognitif
Implikasi teori perkembangan
kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak
berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik
apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak
hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar
sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak
hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
Pengaplikasian teori kognitif dalam
belajar bergantung pada akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang
belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa
yang telah diketahui saja.dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha
untuk dapat mengakomodasikan.
(Drs.
Wasty Soemanto.2008)
2.5
Pengertian Pengolahan Informasi
Teori pengolahan informasi adalah teori pembelajaran kognisi yang
menjelaskan pengolahan, penyimpanan, dan penarikan kembali pengetahuan di dalam
pikiran. Informasi yang
diingat harus lebih dulu menjangkau indera seseorang, kemudian diberi perhatian
dan dipindahkan dari rekaman indera ke memori kerja, kemudian diolah lagi untuk
dipidahkan ke memori jangka panjang. Rekaman indera menerima informasi dalam
jumlah besar dari masing-masing indera (penglihatan, pendengaran, sentuhan,
penciuman, rasa) dan menahannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih
dari beberapa detik.
2.6
Model Pengolahan Informasi pada
pendekatan kognitif
Hal
berikutnya teori belajar yang dibahas dalam perspektif kognitif ini adalah
tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang
bekerja dalam proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan
informasi merupakan salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang
menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer, yang meliputi
tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja dan memori
jangka panjang.
Memori
Sensori
adalah sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga analisis persepsi dapat
terjadi. Memori Kerja atau memori jangka pendek, menyimpan lima sampai
sembilan informasi pada satu waktu sampai sekitar 20 detik, yang cukup lama
untuk pengolahan informasi terjadi. Informasi yang dikodekan (decode)
serta persepsi tiap individu akan menentukan apa yang perlu disimpan di memori
kerja ini. Memori Jangka Panjang menyimpan informasi yang sangat besar
dalam waktu yang lama. Informasi di dalamnya disimpan dalam bentuk secara
verbal dan visual.
2.6.1
Memori Sensori
Memori
sensori adalah sistem yang bekerja seketika melalui alat indera dinama kita
memberikan arti kepada stimuli yang datang dinamakan persepsi. Arti yang
diberikan berasal dari realitas objektif serta dari pengetahuan kita
sebelumnya. Contohnya, suatu symbol ‘l’ akan dipersepsi sebagai huruf alpabet
tertentu kalau kita menggolongkannya dalam urutan j, k. l, m; namun dalam
kesempatan berbeda seperti l, 2, 3, 4 maka symbol yang sama bermakna angka
satu. Memori sensori akan menangkap stimuli dan mempersepsi, atau memberikan
makna; dalam hal ‘l’ konteks dan pengetahuan kita akan menentukan makna yang
akan diberikan, bagi seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang angka
atau huruf, maka symbol itu kemungkinan tidak bermakna apapun. Misalnya teks
yang Anda baca saat ini akan dipersepsi berbeda oleh orang lain yang tidak
mengerti bahasa Indonesia ataupun yang buta huruf, walaupun matanya melihat
deretan simbol yang sama seperti Anda; ataupun saat kita membaca huruf kanji
dari koran berbahasa Jepang dimana kita tidak punya kemampuan untuk
memahaminya. Memori sensori tidak hanya bekerja untuk simbol saja namun juga
dalam hal warna, gerakan, suara, bau, suhu dan lainnya yang semuanya harus
dipersepsi secara simultan. Namun karena keterbatasan kemampuan, kita hanya
dapat memfokuskan pada beberapa stimuli saja dan mengingkari yang lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa perhatian sangatlah selektif; dengan kata lain saat
perhatian penuh sangat diperlukan, biasanya stimuli lainnya akan ditolak.
Perhatian
adalah tahap pertama dalam belajar. Siswa tidak dapat memahami apa yang mereka
tidak kenali atau tidak dapat dipersepsi. Tentunya banyak faktor yang
mempengaruhi perhatian siswa. Tampilan atau aksi yang dramatis dapat mencuri
perhatian siswa pada awal pembelajaran. Cara lainnya adalah melalui perlakuan
pada kata yang diucapkan atau ditulis oleh guru dengan warna yang kontras,
digaris bawahi atau ditandai; memangil siswa secara acak, memberikan kejutan
siswa, menanyakan hal yang menantang, memberikan masalah yang dilematis,
mengubah metoda mengajar dan tugas, mengubah frekuensi suara dan jedanya akan
dapat membantu menarik perhatian dari siswa. Namun menarik perhatian siswa
adalah hal pertama, membuat mereka untuk tetap fokus pada pelajaran dan
tugasnya juga hal yang kritis berikutnya harus dilakukan oleh guru.
2.6.2
Memori Kerja
Saat
stimulus dipersepsi dan diubah menjadi suatu pola gambar atau suara, informasi
yang didapat menjadi tersedia untuk proses selanjutnya. Memori kerja adalah
tempat dimana informasi baru ini berada dan digabungkan dengan pengetahuan yang
berasal dari memori jangka panjang. Kapasitas memori kerja ini sangat terbatas,
dari berbagai eksperimen kapasitas yang dapat disimpan sekitar lima sampai
sembilan hal baru dalam satu waktu. Satu nomor telepon sepanjang tujuh desimal
dapat diingat oleh rata-rata manusia dewasa, namun hal yang berbeda bila
disuruh untuk mengingat dua buah nomor telepon (14 desimal). Kita tidak dapat
memanggil kedua nomor telepon tadi karena terbatasnya kapasitas memori kerja
ini. Hal lainnya dari memori kerja ini adalah waktu yang digunakannya pun hanya
sekitar 5 sampai 20 detik saja. Namun walaupun begitu waktu tersebut sangat
cukup misalnya untuk mengingat dan memahami apa yang anda baca dalam bagian
awal kalimat ini sebelum mencapai akhir kalimat. Tanpa adanya memori kerja,
kita tidak bisa memahami susunan kata dalam satu kalimat dan gabungan antara
kalimat yang berdekatan.
Karena
sedikit dan sempitnya memori ini bekerja, maka jenis memori ini harus terus
diaktifkan, kalau tidak maka informasi yang didapat menjadi hilang. Supaya apa
yang diingat bisa lebih panjang dari 20 detik, kebanyakan orang memakai
strategi tertentu untuk mengingatnya. Cara yang pertama adalah strategi latihan
yang terbagi menjadi pengelolaan dan elaboratif. Latihan pengelolaan dilakukan
dengan pengulangan informasi di pikiran anda. Sepanjang anda terus melakukan
pengulangan informasi, hal itu akan berada di memori kerja. Cara ini dapat
berguna untuk mengingat sesuatu, seperti nomor telepon, yang kemudian untuk dipergunakan
dan setelah itu tidak perlu diingat lagi. Cara latihan elaboratif adalah dengan
menghubungkan sesuatu yang baru dengan apa yang sudah diketahui, yaitu
informasi yang sudah terdapat di memori jangka panjang. Latihan elaboratif ini
tidak hanya meningkatkan memori kerja, tetapi membantu memindahkan informasi
memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Cara kedua adalah dengan
pengelompokkan (chunking) yang dipergunakan untuk menanggulangi
terbatasnya kapasitas memori kerja. Banyaknya bit informasi, bukannya ukuran
setiap bit, adalah sisi keterbatasan memori kerja. Kita dapat mengingat
informasi lebih banyak jika dapat mengelompokkan tiap-tiap bit menjadi unit
yang berarti. Deretan enam angka seperti 1, 5, 1, 8, 2, dan 0 akan lebih mudah
diingat dalam bentuk dua digit (15, 18 dan 20) atau tiga digit (151, 820). Jika
dilakukan cara ini, maka kita cukup perlu mengingat dua atau tiga informasi
saja dalam satu waktu dibanding enam buah.
2.6.3 Memori Jangka Panjang
Informasi
memasuki memori kerja dengan cepat, namun untuk dapat disimpan di memori jangka
panjang membutuhkan usaha tertentu. Dalam memori jangka panjang inilah berbagai
informasi disimpan dan dihubungkan dalam bentuk gambaran dan skema, suatu pola
struktur data yang membuat kita bisa menggabungkan informasi kompleks yang
sangat besar, membuat kesimpulan dan memahami informasi baru. Bila kapasitas
memori kerja sangat terbatas, namun kapasitas memori jangka panjang dapat
dikatakan hampir tak terbatas. Kebanyakan kita tidak pernah menghitung kapasitasnya,
dan saat satu informasi secara aman sudah disimpan, akan tetap ada disana dalam
waktu yang tak terbatas. Secara teoritis walaupun kita mampu untuk mengingat
sebanyak yang kita mau namun tantangannya justru adalah memanggilnya yaitu
mendapatkan informasi yang tepat sesuai keinginan. Akses pada informasi
membutuhkan waktu dan usaha karena kita harus mencarinya dalam lautan informasi
yang luas dalam memori jangka panjang, dan informasi yang jarang dipakai
biasanya akan makin sulit untuk ditemukan.
Terdapat tiga jenis memori jangka
panjang, yaitu: episodik, prosedural dan semantik. Episodik adalah jenis memori
yang berhubungan dengan informasi pada waktu dan tempat tertentu, khususnya
ingatan yang bersifat pribadi. Memori jenis ini bersifat teratur, contohnya
kita bisa menceritakan detail percakapan, atau jalannya cerita dari satu film.
Memori yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sesuatu disebut memori
prosedural. Untuk mempelajari suatu prosedur seperti mengendarai sepeda, namun
setelah dipelajari, pengetahuan ini dapat terus diingat dalam waktu yang lama.
Biasanya makin sering satu prosedur dilakukan, maka makin otomatis reaksi yang
dilakukan. Sedangkan semantik memori adalah memori untuk pemahaman, yaitu
memori untuk konsep, prinsip dan hubungannya; dua hal yang disimpan dalam
semantik memori disebut dengan imaji dan skema. Imaji adalah representasi yang
didasarkan pada persepsi visual terhadap struktur informasi. Pada saat kita
membentuk bayangan tertentu kita mengingat atau mengkreasi kembali
karakteristik fisik dan struktur spasial dari informasi. Imaji dapat berguna
misalnya dalam menyusun keputusan praktis bagaimana menempatkan meja di satu
ruangan atau jalur yang akan di tempuh ke satu lokasi. Sedangkan skema adalah
stuktur pengetahuan abstrak yang mengatur sejumlah besar informasi. Skema
adalah pola atau panduan untuk memahami kejadian, konsep atau keterampilan.
Untuk memanggil dan menambah
informasi di memori jangka panjang, kita dibantu dengan elaborasi, organisasi
dan penggunaan konteks. Elaborasi adalah memberikan arti pada infrormasi baru
dengan menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada. Dengan kata lain,
kita menerapkan skema yang ada dan melukiskannya pada pengetahuan sebelumnya
untuk membentuk pemahaman yang baru saat kita memperbaiki pengetahuan yang ada.
Terkadang elaborasi terjadi secara otomatis, misalnya saat guru menerima info
baru tentang pengalaman yang sudah dipahaminya, maka dia akan langsung
mengaktifkan pengetahuan yang ada dan memberikan pemahaman yang lebih baik
serta lengkap. Informasi yang dielaborasi ketika pertama dipelajari mudah untuk
dipanggil karena elaborasi adalah bentuk pengaktifan memori kerja yang membuat
informasi terus aktif untuk kemudian disimpan di memori jangka panjang.
Elaborasi juga membangun hubungan tambahan pada pengetahuan yang sudah
dipunyai. Makin banyak informasi dihubungan dengan hal lainnya, makin banyak
peta jalan tersedia untuk diikuti dalam mencari sumber pengetahuan aslinya.
Makin sering seorang individu mengelaborasi ide baru, maka dia akan membuatnya
dengan bahasa dia sendiri yang menyebabkan makin baiknya pemahamannya dia
tentang pengetahuan tersebut. Kita membantu siswa dalam elaborasi dengan
menyuruh mereka menuliskan informasi sesuai dengan kata yang mereka susun
sendiri atau dengan membuat contoh yang relevan. Hal yang sebaliknya bisa
terjadi, saat siswa melakukan elaborasi informasi baru dengan menghubungkannya
ke hal yang tidak tepat dan mengembangkan penjelasan yang rancu, maka
miskonsepsi ini pun akan disimpan dan terus diingat oleh siswa.
Organisasi pengetahuan yang dimiliki
juga meningkatkan belajar. Bahan ajar yang terorganisir dengan baik tentunya
akan lebih mudah dipelajari dibandingkan yang tidak teratur, khususnya bila
informasi didalamnya juga kompleks. Menempatkan konsep dalam suatu struktur
membantu anda belajar dan mengingat baik untuk definisi umum dan contoh
spesifiknya.
Konteks adalah elemen lainnya dari
proses yang mempengaruhi belajar. Aspek fisik dan emosional dari konteks
dipelajari bersamaan degan informasi lainnya. Ketika anda mencoba mengingat
satu informasi, hal itu akan dibantu jika konteks yang ada mirip dengan dengan
kondisi kita mendapat informasinya. Sehingga mengkondisikan suasana test
sebelum ujian yang sesungguhnya akan berpengaruh memperbaiki kinerja. Tentu
saja kita tidak bisa selalu pergi ke tempat yang sama saat anda mulai memahami
suatu hal, namun kalau anda dapat menggambarkannya secara mental hal tersebut
anda dapat meningkatkan daya ingat anda.
2.7 Pembelajaran
Menurut Aliran Kognitif
2.7.1 Jean Piaget
Piaget mengemukakan 3 prinsip pembelajaran yaitu:
·
Belajar aktif => Menciptakan suatu kondisi belajar yang
memungkinkan siswa belajar sendiri.
·
Belajar lewat interaksi sosial=> Menciptakan suasana yang
memungkinkan adanya interaksi antar siswa.
·
Belajar lewat pengalaman sendiri=> Didasarkan pada
pengalaman nyata.
2.7.2
J.A. Brunner
Menurut Brunner dalam pengajaran di
sekolah hendaknya mencakup:
-
Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar.
Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik agar
memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan
belajar.
-
Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas
dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak.
-
Perincian urutan penyajian materi pelajaran.
Pendekatan pembelajaran dilakukan
dengan peserta didik dibimbing melalui urutan masalah, sekumpulan materi
pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam
menerima, mengubah, dan menstranfer apa yang telah dipelajari.
- Cara pemberian penguatan
Pujian atau hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya
dalam proses belajar mengajar.
2.7.3 David Ausubel
Ausubel mengemukakan teori belajar
bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses
mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.
Belajar bermakna timbul apabila materi yang akan dipelajari
bermakna secara potensial dan anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar
bermakna.
Ausubel mengajukan empat prinsip , yaitu:
-
Kerangka cantolan=> pendidik menggunakan bahan pengait
untuk mengkaitkan konsep lama dengan konsep baru.
-
Diferensiasi progresif=> proses pembelajaran dimulai dari
hal umum ke hal khusus.
-
Belajar superordinat=> proses struktur kognitif yang
mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi.
-
Penyesuaian integratif=> Materi pelajaran disusun
sedemikian rupa sehingga pendidik dapat menggunakan hierarki-hierarki
konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.
BAB III
KESIMPULAN
Istilah kognitif menjadi sangat
populer sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi dan
keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan
kehendak dan perasaan yang bertalian dengan ranah rasa.
Menurut para ahli psikologi
kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan
sejak manusia itu mendayagunakan kapasitas motor sensorinya. Hanya, cara dan
intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut masih belum jelas
benar. Argumen yang dikemukakan para ahli mengenai hal ini antara lain ialah
bahwa kapasitas sensori dan jasmani bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat
diaktifkan tanpa aktifitas pengendalian sel-sel otak bayi tersebut. Sebagai
bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau kelainan otak, kecil sekali
kemungkinan bayi terebut dapat mengotomatisasikan refleks-refleks motor dan
daya-daya sensorinya. Otomatisasi refleks dan sensori, menurut para ahli, tidak
pernah terlepas sama sekali dari aktivitas ranah kognitif, sebab pusat refleks
sendiri terdapat dalam otak, sedang otak adalah pusat ranah kognitif manusia.
Daftar Rujukan
Slavin, Robert E.(2011). Psikologi
Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks
mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2011/01/teori-belajar-kognitif.html, diakses pada
31 Oktober 2012.
No comments:
Post a Comment